Jakarta (4/11/2018) – AGe Network bekerja sama dengan Baywalk Mall sukses menggelar acara yang diberi tajuk Baywalk Game Festival (BGF) yang berjalan dari tanggal 1 hingga 4 November 2018.  BGF mengadakan kompetisi video game yang berhadiah belasan juta rupiah dan talk-show yang bertujuan untuk mengedukasi penonton mengenai dunia esports.dari sisi yang hampir tidak diketahui oleh banyak orang.

Acara BGF ini menampilkan game Pro Evolution Soccer 2019 (PES 2019) dan Playerunknown’s Battleground Mobile (PUBGM) sebagai kompetisi utamanya dengan Shellfire sebagai mobile game esports yang baru saja dirilis dan dipamerkan dalam boothresmi vendor Dunia Games & Indofun. Total peserta babak final PUBGM adalah 16 tim (masing-masing tim berjumlah 4-5 orang), sementara peserta babak final PES 2019 berjumlah 108 orang. Tak hanya di kompetisi saja, pengunjung juga diperkenankan untuk mencoba permainan di sekitar area BGF dan terlihat para penonton yang datang cukup antusias dengan permainan-permainan yang ada.

Pada kompetisi PUBGM, Tim Gado-Gado Esports keluar sebagai juara pertama disusul dengan tim Elite8 sebagai runner-up dan tim Keris Gaming sebagai juara ketiga. Sementara itu kompetisi PES 2019 di BGF ditutup dengan kemenangan Fiqri Rahardian (DomNoLimit Aliban) sebagai juara satu. Sedangkan posisi juara kedua dan ketiga diraih oleh Yozz Tama dan Aliaz Rizal. Atas kemenangannya, Fiqri akan tergabung dalam laga final LIGA1PES Indonesia tingkat Nasional dalam waktu yang akan datang.

Turnamen PUBGM yang diadakan di BGF sukses menarik perhatian para penggemar PUBGM tak hanya dari wilayah Jakarta Utara saja, namun dari daerah luar DKI Jakarta pula. Pertandingan ini menggunakan sistem last-man-standing, di mana yang mampu bertahan hidup paling akhir yang mendapatkan poin tertinggi.

Beralih ke kompetisi PES 2019, turnamen ini bisa dibilang sebagai kompetisi yang sangat ditunggu-tunggu oleh para fans berat PES 2019. Seperti halnya PUBGM, gaung kompetisi PES ini menarik perhatian tidak hanya pemain dari wilayah Jakarta Utara namun juga mereka yang berasal dari luar DKI Jakarta. Selain karena hadiah uang tunai, salah satu hadiah utama yang diperebutkan dalam kompetisi yang juga sebagai turnamen pra-musim LIGA1PES ini adalah tiket menuju laga final kompetisi LIGA1PES nasional dan kemudian internasional, di Bangkok Thailand 2019.

Di tengah-tengah hiruk pikuk kompetisi yang meriah itu, BGF juga menampilkan acara talkshow yang menghadirkan narasumber-narasumber yang berpengaruh terhadap perkembangan esports maupun video game di tanah air. Mereka adalah Glen a.k.a DG Kurus (Manager dan Pro Player tim AoV DG Esports), Titan Tjahjono (Head of Production Mobile Games Shellfire), Diana Paskarina (COO & Co-Founder Anantarupa Studios), Setia Widianto dan Rizky Faidan (Atlet esports PES), Valentinus Sanusi (Founder Liga1PES), dan Herry Sudharma (esports caster).

Khusus untuk sesi talkshow yang melibatkan Glen, Titan Tjahjono, dan Diana, ada sesuatu yang menarik dalam perbincangan mereka terkait tantangan mengembangkan industri esports dan video game di Indonesia. Glen mengungkapkan bahwa manajemen personil serta kemampuan sosial yang memadai dibutuhkan seorang atlet esports yang berkeinginan untuk menjadi manajer dan memastikan kondisi tim dalam keadaan yang sehat, baik secara fisik maupun finansial. Selain itu sebagai manajer harus bisa menjembatani kebutuhan player ke manajemen begitu juga target manajemen kepada player. Tim DG Esports asuhannya, kebetulan sedang melakukan perekrutan tim-tim esports yang berpotensi supaya bisa berkembang lebih jauh lagi dalam wadah Tim DG Esports.

Sedangkan Titan dan Diana mengungkapkan bahwa terbatasnya pembelajaran mengenai produksi video game di tanah air membuat peluang industri di bidang ini untuk bersaing dengan negara lain cukup sulit sehingga diharapkan adanya pengembangan minat dan bakat yang lebih lanjut di bidang ini bagi generasi-generasi muda.

Diana lebih lengkap menjelaskan, “Di Indonesia kualitas pendidikannya belum cukup qualified untuk mengirimkan SDM masuk ke Industri Gim, selain itu juga minimnya pengetahuan dan pengalaman hingga terpaksa harus mendatangkan SDM dari Luar Negeri, salah satunya kami mendatangkan dari Korea”. Apalagi menurut dia, gim apapun saat ini bersaingnya sudah tingkat global, jadi dari segi kualitas harus juga layak untuk di terbitkan ke pasar global. Anantarupa sendiri pernah membuat gim simpel dengan durasi 1 bulan hingga gim yang kompleks yang memakan waktu hingga tahunan. “Semua itu tergantung budget dan tingkat kompleksitas game yang mau di buat”, tambahnya. “Saat ini kami sedang mengembangkan gim dengan genre MOBA dan adalah satu-satunya developer lokal Indonesia bahkan Asia Tenggara yang sedang membuat game MOBA yang tingkat kesulitannya sangat besar.”

 

Tak beda dengan yang lain, Herry Sudharma salah satu pelaku esports yang saat ini menekuni dunia Caster menilai bahwa esports di Indonesia cukup potensial jika di kembangkan dengan serius. Selain itu industri caster atau komentator di dunia gim sama halnya seperti komentator bola, dimana di tantang membawakan aura pertandingan agar selalu menarik terutama untuk penonton. Sebagai talent diapun mengisahkan tentang bagaimana dia melihat talent dari luar negeri sebagai inspirasinya.

Selain itu dari Founder AGe Liga1PES,Valentinus menambahkan, industri esports dalam gim PES sendiri saat ini sudah mulai di lirik oleh klub-klub Sepak Bola internasional seperti AS Monaco dan Schalke, apalagi dengan masuknya PES ke gelaran olahraga ASIAN Games 2018 kemarin. Kompetisi esports untuk PES di Indonesia pada tingkat Nasional hingga Internasional pun gaungnya semakin besar, hal itu di amini juga oleh Setia Widianto dan Rizky Faidan selaku atlit PES.